~Maklumilah, bersabarlah menghadapiku~
Ketika aku menumpahkan kuah sayur di baju dan tak lagi mengingat cara mengikat tali sepatu
~Kenangkanlah saat-saat aku mengajarimu dan membimbingmu melakukan itu~
Ketika aku pikun dan mengulang-ulang ucapan yang membosankanmu
~Bersabarlah mendengarkanku dan jangan memotongku berbicara~
~Dimana masa kecilmu, aku harus mengulang cerita ribuan kali setiap hari sampai kau terbuai dalam mimpi~
Ketika aku lupa siapa dirimu
~Bersabarlah untuk mengingatkannya, bahwasanya sewaktu kamu kecil dulu aku berusaha dengan susah payah untuk mengenalkan namamu dan semua akan dirimu~
Ketika aku tak mampu lagi mandi sendiri
~Jangan kesal, ingatlah di masa kecilmu aku harus berusaha dengan berbagai cara membujukmu untuk mandi~
Ketika aku kebingungan menghadapi hal-hal baru dan teknologi modern
~Jangan kau tertawai aku, renungkanlah bagaimana aku dengan sabar menjawab setiap pertanyaan "mengapa" yang kau ajukan setiap saat~
Ketika kakiku terlalu lemah untuk melangkah
~Ulurkan tanganmu yang kuat dan kokoh untuk memapahku, sebagaimana dahulu aku menuntunmu melangkah untuk berjalan berjalan~
Ketika aku begitu mudah melupakan topik pembicaraan kita
~Janganlah tersinggung, berilah sedikit waktu bagiku untuk mengingatnya~
~Sebenarnya bukan topik pembicaraan yang penting, asalkan kau ada di sisiku dan mendengarkanku, aku sudah sangat bahagia~
Ketika kamu melihatku menua, janganlah bersedih
~Dukunglah aku, sebagaimana aku dahulu mendukungmu saat-saat mulai belajar tentang kehidupan~
Saat engkau hadir di dunia ini, Ibu mendekapmu erat dalam hangat peluknya.
Engkau mensyukurinya dengan menjerit sekencang mungkin.
Saat engkau berumur 1 tahun, Ibu menyusui dan memandikanmu.
Engkau mensyukurinya dengan tangisanmu yang membangunkannya di tengah malam.
Saat engkau berumur 2 tahun, Ibu melatihmu berjalan.
Engkau mensyukurinya dengan berlari menjauh saat Ibu memanggil.
Saat engkau berumur 3 tahun, Ibu membuatkan bubur untukmu dengan penuh cinta.
Engkau mensyukurinya dengan membanting mangkokmu ke lantai hingga berceceran.
Saat engkau berumur 4 tahun, Ibu memberimu pensil warna.
Engkau mensyukurinya dengan mencoreti permukaan meja makan.
Saat engkau berumur 5 tahun, Ibu memakaikan pakaian terbaik
untukmu dan mengajakmu jalan-jalan. Engkau mensyukurinya dengan
meloncat-loncat di atas genangan lumpur yang kau jumpai.
Saat engkau berumur 6 tahun, Ibu memasukkanmu ke sekolah dasar.
Engkau mensyukurinya dengan berteriak, “AKU TIDAK MAUU !!”
Saat engkau berumur 7 tahun, Ibu membelikanmu bola sepak.
Engkau mensyukurinya dengan menyepaknya kuat-kuat hingga memecahkan kaca jendela tetanggamu.
Saat engkau berumur 8 tahun, Ibu membelikanmu es krim.
Engkau mensyukurinya dengan menumpahkannya ke pangkuanmu.
Saat engkau berumur 9 tahun, Ibu membayarkan kursus piano untukmu.
Engkau mensyukurinya dengan tak pernah serius berlatih.
Saat engkau berumur 10 tahun, Ibu mengantarkanmu bermain bola, berolahraga dan ke pesta ulang tahun temanmu.
Engkau mensyukurinya dengan melompat keluar dari mobil tanpa berpamitan.
Saat engkau berumur 11 tahun, Ibu mengajak engkau dan temanmu ke bioskop.
Engkau mensyukurinya dengan menyuruh Ibu duduk di barisan yang berbeda.
Saat engkau berumur 12 tahun, Ibu mengingatkanmu untuk tidak menonton acara TV tertentu.
Engkau mensyukurinya dengan menunggu hingga Ibu keluar rumah.
Belasan tahun kemudian,
Saat engkau berumur 13 tahun, Ibu menyuruhmu memotong rambut.
Engkau mensyukurinya dengan mengatakan bahwa Ibu tidak mengerti mode.
Saat engkau berumur 14 tahun, Ibu membayarkan kemah remaja selama sebulan untukmu.
Engkau mensyukurinya dengan tak pernah menceritakan kabarmu selama itu.
Saat engkau berumur 15 tahun, Ibu pulang dari kantor, mencari pelukanmu.
Engkau mensyukurinya dengan menutup dan mengunci pintu kamarmu.
Saat engkau berumur 16 tahun, Ibu mengajarkan padamu cara mengendarai mobil.
Engkau mensyukurinya dengan memakai mobil setiap ada kesempatan.
Saat engkau berumur 17 tahun, Ibu menunggu telepon penting.
Engkau mensyukurinya dengan bertelepon ria sepanjang malam.
Saat engkau berumur 18 tahun, Ibu menangis haru pada hari kelulusanmu.
Engkau mensyukurinya dengan berpesta pora bersama temanmu hingga fajar menjelang.
Ketika tubuh ibumu bertambah lemah, semakin tua …
Saat engkau berumur 19 tahun, Ibu membayari biaya kuliahmu, mengantarkanmu ke kampus dan membawakan barang-barangmu.
Engkau mensyukurinya dengan berpamitan sedemikian rupa, agar tak nampak Ibu memelukmu di depan teman-temanmu.
Saat engkau berumur 20 tahun, Ibu bertanya sudahkah engkau mempunyai pacar ?
Engkau mensyukurinya dengan menjawab, “Bukan urusanmu.”
Saat engkau berumur 21 tahun, Ibu menyarankanmu bekerja di bidang ini-itu kelak.
Engkau mensyukurinya dengan menjawab, “Aku tidak mau seperti Ibu.”
Saat engkau berumur 22 tahun, Ibu memelukmu saat tibanya hari wisudamu.
Engkau mensyukurinya dengan minta hadiah tur ke Eropa.
Saat engkau berumur 23 tahun, Ibu memberikan perabotan untuk rumah kontrakanmu.
Engkau mensyukurinya dengan mengatakan pada temanmu, perabotan itu jelek.
Saat engkau berumur 24 tahun, Ibu bertemu dengan pacarmu dan
menanyakan rencana pernikahanmu. Engkau mensyukurinya dengan melotot dan
menggeram, “Ibuu … nantilah !”
Saat engkau berumur 25 tahun, Ibu membantu biaya pesta
pernikahanmu dan Ibu menangis bahagia, serta mengatakan betapa besar
cintanya padamu.
Engkau mensyukurinya dengan pindah ke luar kota.
Saat engkau berumur 30 tahun, Ibu memberi nasihat untuk perawatan anak-anakmu.
Engkau mensyukurinya dengan menjawab, “Sekarang zamannya sudah beda.”
Saat engkau berumur 40 tahun, Ibu menelponmu dan mengingatkan akan
acara perkumpulan keluarga. Engkau mensyukurinya dengan mengatakan
bahwa engkau benar-benar sibuk sekarang.
Saat engkau berumur 50 tahun, Ibu jatuh sakit dan membutuhkan engkau untuk merawatnya.
Engkau mensyukurinya dengan menceritakan kisah orang tua yang menjadi beban bagi anak-anaknya.
Hingga kemudian, di suatu hari, Ibu meninggal.
Dan segala sesuatu yang tak pernah kau baktikan untuk Ibu
setulusnya, menjelma menjadi penyesalan yang menyiksa dirimu seumur
hidup, menghujam sampai lubuk hatimu bak halilintar.
Semuanya sudah terlambat.
Kini setiap saat tinggalah penyesalanmu “Maafkan aku ibuku”
sumber:
http://www.facebook.com/note.php?note_id=179902478732229
http://frequencia89.blogspot.com/2011/06/maafkan-aku-ibuku.html
image : google
E-Learning di UMM
tampilan e-lmu |
Tampilan e-lmu |
OMS moves forward the actions undertaken by Bridging the Gap EM ECW project to promote comprehensive, deeper relationships and cooperation with the scientific, economic and industrial components and the social foundations of the countries involved.
The partnership is coordinated by the University of Trento, Italy, and composed by a Consortium of 23 Universities including Partners and Associates in Asia and Europe, two associate networks and three NGOs .
A total mobility of 138 individuals will be involved in educational and training activities from Asia to Europe.
from: http://one-more-step.eu/en/Home/Welcome-to-One-More-Step/
Demonstrasi
robot Nao di Jaume I University Spanyol
tahun 2011
|
- Januari 2005 sampai Maret 2006: AL-01, AL-02 and AL-03
- September 2005 sampai Juli 2006: AL-04
- Juni 2006 sampai Juni 2007: AL-05.a
- Mei 2007 sampai Desember 2007: AL-05.b
Spesifikasi Teknis
|
|
Tinggi
|
58 cm
|
Berat
|
4,3 kg
|
Otonomi
|
90 min.
(berjalan konstan)
|
Derajat
kebebasan (DOF)
|
|
CPU
|
x86 AMD
Geode 500 MHz
|
Built-in
OS
|
Linux
|
Compatible
OS
|
Windows,
Mac OS, Linux
|
Bahasa
Pemrograman
|
|
Penglihatan
|
2 kamera
CMOS 640×480[12]
|
Konektivitas
|
Ethernet,
Wi-Fi
|